Jumat, 28 November 2008

Meningkatkan PBM Matematika menuju kualitas KEDUA

Usaha-usaha (Saya) untuk Meningkatkan PBM Matematika menuju Kualitas ke Dua (antara Teori dan Pengalaman)

Penulis pernah melakukan dengan mengadakan pembelajaran model pakem, dengan suasana pembelajaran yang berbeda sebelumnya yaitu pemutaran CD pembelajaran di ruang multimedia dilanjutkan secara berkelompok mengadakan observasi atau analisis permasalahan di luar kelas atau outdoor mathematics, kemudian mempersentasikannya di ruang kelas dan atau di ruang multimedia dengan memanfaatkan paket program Komputer. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan siswa di beri kebebasan untuk mengungkapkan pendapat menurut pengetahuan, kemudian penarikan kesimpulan atas jawab analisisnya berdasarkan matematis. Suasana yang ditampilkan adalah senang, gembira, tanpa ada paksaan, setelah dievaluasi ternyata pengetahuan baru saja lebih bermakna. Mereka diakhir pembelajarannya memberikan refleksi baik penyampaian guru, siswa-siswa baik secara tertulis maupun lesan. Dalam soal latihan, biasanya soal yang membuat guru, penulis mencoba soal yang membuat siswa sendiri disertai penyelesaiannya yang sebelumnya dikonsultasikan guru terlebih dahulu, setelah siap, siswa secara bergiliran berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan teman-temannya. Ini berguna karena mereka akan belajar dengan teman sebayanya dengan bahasanya. Setiap hari Sabtu guru menyediakan waktu konsultasi terhadap kesulitan yang masih dihadapi siswa tentang materi yang sudah atau sedang dipelajari. Dalam pembelajaran siswa berusaha mencari kebermaknaan materi terhadap kehidupannya.
Walaupun demikian masih ada yang belum dilakukan terutama penulis, misalnya belum 100% siswa diberi kebebasan mengungkapkan idenya, penilaian belum sistematis dan belum maksimal mengungkap hal yang berhubungan dengan keberhasilan maupun kesulitan siswa, atau refleksi terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini semua tentunya banyak sekali faktornya, diantaranya siswa dalam satu kelas yang diisyaratkan pemerintah masih cukup besar, ketidakkompakan pengambil kebijakan baik yang ada di sekolah maupun di atasnya dengan pelaksana (guru) dilapangan, masih banyak guru matematika sendiri yang belum memahami apa itu belajar dan pembelajaran matematika, lunturnya sikap ikhlas dalam memfasilitasi siswa dalam belajar, dan lain-lain. Namun jangan risau terhadap kendala Yang terpenting kita sebagai guru matematika punya niat untuk merubah diri dan merubah paradigma tradisional tentang mengajar matematika. Perubahan besar tidak akan datang seketika namun suatu saat aka nada perubahan besar tergantung diri kita untuk berubah kea rah yang lebih maju.

4 komentar:

Dr. Marsigit, M.A mengatakan...

Menurut saya, referensi yang Bapak ambil kurang tajam. Lebih baik Bapak menuangkan idea-idea asli atau pengalaman Bapak sendiri, dan itu akan lebih enak dibaca (Dr. Marsigit)

Tri Mulyono Edi Saputro mengatakan...

Terima kasih atas masukan Pak Marsigit, sekarang sudah saya edit... ternyata bermanfaat sekali dengan adanya blog, salah satunya mendekatkan jarak, saling bertukar pikiran dan lain...

Dr. Marsigit, M.A mengatakan...

Selamat buat Pak Tri. Saya mengapresiasi tulisan Pak Tri karena orisinil, kreatif dan produktif. Selanjutnya komentar-komentar Pak Tri terhadap tulisan teman-teman yang lain tentu juga diharapkan. (Dosen: Dr. Marsigit)

Ayah mengatakan...

Selamat juga dari saya untuk pak tri. Semoga usaha-usaha itu menjadi kenyataan dan dapat dinikmati hasilnya. Are you ok !