Kamis, 27 November 2008

USAHA GURU MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Sebagian besar orang mendengar kata “MATEMATIKA” tentunya yang terbayang pada pikiran adalah angka, soal cerita, variabel-variabel pada persamaan yang belum ketemu jawabannya, guru yang berpenampilan seram, tugas yang banyak hal-hal atau hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari atau juga pengalaman pada waktu masih menjadi siswa. Hal tersebut menyebabkan pada waktu sekolah, pelajaran matematika kurang diminati serta motivasi dalam mengikuti pembelajaran di sekolah maupun belajar di rumah kurang, lebih jauh lagi mengalami ketakutan-ketakutan yang berlebihan (fobia) terhadap matematika. Ketakutan-ketakukan terhadap pelajaran matematika sebenarnya berlebihan, namun dapat dimaklumi dikarenakan pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan pada waktu sekolah serta kurangnya informasi-informasi atau pengakuan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di SLTP cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.

Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Selain itu, khususnya guru belum memahami tentang apa matematika dan bagaimana matematika itu. Jika guru dapat memahami apa dan bagaimana matematika, tentunya dapat dipakai sebagai wahana membelajarkan siswa.

Matematika sebagai ilmu yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat antara lain:

a) dalam membangun gedung terutama gedung bertingkat memerlukan perhitungan-perhitungan yang cermat agar bangunan selesai dalam waktu yang tepat dan tidak roboh serta dalam mendesain bentuk bangunan memerlukan ilmu geometri sehingga menghasilkan bentuk bangunan yang menarik dan indah;

b) peristiwa jual beli memerlukan cabang matematika yaitu aritmatika sosial,

c) mengukur tingkat kepadatan penduduk memerlukan logaritma,

d) menggambar bentuk model dengan benda atau obyek yang sebenarnya, atau menggambar peta dengan skala memerlukan materi kesebangunan,

e) belajar disiplin ilmu yang lainnya tentu ada yang berkaitan dengan matematika., dan lain sebagianya.

Kegunaan – kegunaan tersebut tidak dapat dilihat secara langsung, misalnya perhitungan-perhitungan untuk mengerjakan gedung bertingkat dalam waktu tertentu dengan jumlah pekerja, perhitungan-perhitungan perbandingan bahan-bahan serta desain bangunan agar tidak roboh, seorang ahli bedah memperhitungkan berapa lama proses pembedahan agar pasien tidak kehilangan darah terlalu banyak atau lainya. Yang dapat dilihat secara langsung adalah hasilnya misalnya gedungnya telihat megah dan artistik, pasien dengan selamat dioperasi, sehingga siswa cenderung mempunyai cita-cita sebagai arsitek, ahli teknik sipil, dokter, yang bersifat terapan disbanding memilih cita-cita sebagai matematikawan.

Dari melihat kegunaan-kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, tentunya masyarakat khususnya siswa diharapkan “mencintai” atau menyukai pelajaran matematika dan enjoy saat mengikuti pembelajaran di sekolah.

Menurut NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) tahun 2000 dalam John. A. Van De Walle alih bahasa suyono (2008) mengatakan beberapa hal:

1. Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan diperlukan untuk belajar kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik.

2. Siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

3. Penilaian harus mendukung pembelajaran matematika yang penting dalam memberikan informasi yang berguna bagi guru dan siswa.

4. teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika, teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa.

Hal-hal tersebut di atas, memberikan gambaran bahwa untuk mencapai pendidikan matematika yang berkualitas tinggi guru harus memahami secara mendalam matematika yang diajarkan, memahami bagaimana siswa belajar matematika, termasuk didalamnya mengetahui perkembangan matematika siswa secara individual, memilih tugas-tugas dan strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran, tugas guru adalah mendorong siswanya berpikir, bertanya, menyelesaikan soal, dan mendiskusikan ide-ide, strategi dan penyelesaiannnya. Penilaian tidak hanya sekedar untuk menilai siswa tetapi harus dapat mengungkap matematika apa yang penting bagia siswa serta sebagai fungsi untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan pemahaman siswa, sehingga guru dapat mengambil keputusan yang lebih baik yang mendukung proses belajar siswa. Teknologi memungkinkan siswa untuk memfokuskan diri pad aide-ide matematika, pemahaman dan menyelesaikan soal yang tidak mungkin dikerjakan secara manual. Dan yang tak kalah pentingnya adalah penggunaan alat peraga atau media yang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetesi yang diharapkan.

Berikut akan dipaparkan hal-hal yang dapat dikembangkan guru agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika.

Menciptakan suasana yang menyenangkan pada proses pembelajaran matematika, peran guru sebagai fasilitator sangat penting disamping media dan sumber belajar. Kegiatan pembelajaran harus mempunyai daya kreativitas dalam menciptakan serta mengkombinasikan metode –model dan pendekatan pembelajaran yang dapat melahirkan suasana pembelajaran yang mengasyikkan dan menghapuskan kesan suasana pembelajaran yang menyeramkan. Dengan kata lain guru harus bias merubah paradigma “ guru sebagai sentralistik dalam pembelajaran” menjadi “guru sebagai pelayan siswa memperoleh pengetahuan dalam pembelajaran”

Pemilihan metode – metode dan pendekatan yang tepat tentu harus disertai dengan media pembelajaran yang menarik serta didukung sumber belajar (guru bukan sebagai sumber belajar namun sebagai perantara siswa untuk menggunakan sumber belajar). Disamping pemilihan metode, pendekatan, maupun media, yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, hal ini dapat kita lakukan dengan berbagai macam cara misalnya dengan mengubah suasana kelas, letak tempat duduk, teman sebangku, memberi kuis, memberi persoalan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, teka-teki atau permainan matematika yang masih berhubungan dengan materi yang disampaikan.

1. Menumbuhkan motivasi belajar pada siswa

Seorang siswa tentunya mempunyai harapan untuk meraih sesuatu dalam hal ini yang positif. Misalnya siswa kelas 6 (SD) atau kelas IX (SMP) atau kelas XII (SMA) mempunyai harapan untuk dapat lulus ujian terutama pelajaran matematika, atau siswa mempunyai harapan untuk dapat memahami pelajaran matematika sehingga dengan mudah mereka dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan guru, maka mereka mempunyai langkah-langkah untuk mencapai harapan tersebut misalnya dengan melakukan latihan soal-soal secara teratur, namun kebanyakan siswa sulit untuk memenuhi harapan tersebut disebabkan mereka bingung harus bagaimana dahulu dan memulainya darimana lama-kelamaan siswa frustasi karena ketidak berhasilan mereka mencapai yang diharapkan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penguatan serta memberi arahan dari seseorang khususnya guru agar siswa dapat memenuhi harapannya dengan langkah-langkah yang teratur, dan penguatan atau arahan tersebut yang dinamakan motivasi.

Secara definisi, para ahli memberikan pengertian tentang motivasi yang berbeda-beda.

Menurut Moh. Uzer Usman (1989:24) motivasi merupakan suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Selanjutnya, Martinis Yamin (2007: 219) memberikan pengertian bahwa motivasi merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Sedang, Morgan (dalam Toeti Sukamto, 1994: 39) berpendapat bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.

Pada prinsipnya motivasi dapat timbul pada diri seseorang dikarenakan orang tersebut (1) mempunyai tujuan yang ingin dicapai; (2) ada usaha dalam dirinya; dan (3) adanya perubahan tingkah laku (positif). Hal ini sejalan dengan Woreal & Stilwell (dalam Toeti Sukamto, 1994:39) bahwa siswa yang mempunyai motivasi positif maka ia akan 1) memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikutserta; 2) bekerja keras serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan 3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan.

Guru bukan hanya sebagai penyampai ilmu tetapi juga sekaligus pemberi motivasi agar ilmu yang dipelajari dapat diminati, dipahami serta dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari hari. Dengan adanya motivasi dari guru diharapkan minat mereka belajar akan meningkat yang selanjutnya dapat meningkatkan prestasi (harapan) mereka.

Seorang guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswanya. Khususnya bagaimana memotivasi siswa agar minat belajar matematikanya meningkat. Namun memotivasi siswa untuk belajar matematika tidaklah mudah. Diperlukan cara agar motivasi yang dapat diberikan kepada siswa dapat tertanam pada dirinya.

Berdasarkan sumbernya, jenis motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik, bentuk motivasi yang dapat ditimbulkan pada diri seseorang melalui rangsangan dari luar dirinya sendiri (orang lain). Lebih lanjut, Moh. User Usman (1989:24) rangsangan dari luar bisa dikarenakan ajakan, suruhan, atau paksaan sehingga dengan kondisi tersebut pada akhirnya seseorang melakukan sesuatu (belajar). Pada dasarnya motivasi ekstrinsik bersumber pada lingkungan di luar diri individu sendiri.

Menurut Winkel (dalam Martinis Yamin, 2007: 227) pemberian motivasi ekstrinsik dapat berupa: (1) belajar demi memenuhi kewajiban; (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) belajar demi meningkatkan gengsi; (4) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

Motivasi intrinsik, bentuk motivasi yang dapat timbul pada diri seseorang diakibatkan dari dirinya sendiri atas kemauan untuk meraih tujuan tertentu. Walaupun demikian motivasi instriksik tidak dapat serta merta ada pada diri seseorang tanpa bantuan orang lain.

Secara kongkret, seorang guru matematika dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara sebagai berikut.

a) kebermaknaan materi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebelum guru membelajarkan materi aritmatika sosial, terlebih dahulu siswa diberi tahu bahwa materi aritmatika sangat berguna untuk kegiatan jual beli, menabung, rugi laba, dan sebagainya.

b) Pengenalan tokoh/penemu, misalnya tentang materi Pythagoras, guru bisa menceritakan kisahnya Pythagoras, materi geometri guru dapat menceritakan tokoh penemu geometri Euclid, tentang kecepatan, guru bisa memotivasi siswa dengan mengenalkan tokoh misalnya habibie, dan sebagainya.

c) Pengingatkan rasa syukur kepada illahi, misalnya membangkitkan belajar siswa melalui pengingatan rasa syukur di beri kenikmatan berupa kesehatan, kecerdasan, dan lain sebagianya.

d) Hubungan materi yang dilajari dengan disiplin pekerjaan yang akan mereka peroleh, misalnya, Jika siswa dapat memahami tentang statistika mereka dapat masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu Statitika (STIS) dengan dibiayai nagara.

e) Kegunaan penguasaan materi satu dengan materi lainnya , misalnya jika siswa dapat memahami rumus-rumus bangun datar maka dapat lebih menguasai dan memahami tentang rumus bangun ruang, atau jika memahami teorema Pythagoras maka siswa akan memahami dengan mudah tentang garis singgung lingkaran, dan sebagainya.

f) Hadiah, misalnya pada waktu pengerjaan soal siswa diberitahu siapa yang mengerjakan paling cepat dan benar maka mendapat bonus nilai, atau jika dalam ujian nasioanl nilai matematika mendapat kan nilai sepuluh maka diberi hadiah namun hadiahnya tidak disebutkan

Dengan demikian, pemberian motivasi kepada siswa dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar. Dalam pelaksanaannya, motivasi diberikan tidak hanya di awal pembelajaran namun dapat juga pada tengah pembelajaran atau akhir pembelajaran dan sifatnya fleksibel.

2. Memberikan tujuan pembelajaran materi yang akan pelajari dengan kehidupan sehari-hari

Agar matematika diminati siswa dan siswa merasa senang sertanyaman belajar matematika, guru harus pandai-pandai dan kreatif dalam menyampaikan matemati pembelajarannya. Salah satu yang perlu diperhatiakan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran materi yang akan disampaikan. Memang benar, bahwa selama ini guru sudah banyak menyampaikan tujuan pembelajaran, namun kenyataan tujuan pembelajaran tentang materi yang akan disampaikan masih terbatas hanya menghapal atau hanya teori saja, sehingga siswa masih merasa bingung atau meraba-raba tentang tujuan mempelajarinya. Untuk itu, guru dalam memberikan tujuan pembelajaran pada materi yang akan dipelajari, sebaiknya dikaitkan dengan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan sangat bermakna bagi siswa, karena siswa akan mengetahui dengan jelas manfaat materi yang akan dipelajari.

3. Melaksanakan Model Pembelajaran yang Efektif

Model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran matematika antara lain memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya matematika dan memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas guru. Kemudian berpotensi mengembangkan suasana belajar mandiri selain dapat menarik perhatian siswa dan sejauh mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya dengan mengoptimalkan fungsi teknologi informasi.
Agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai maksimal, maka harus diupayakan agar semua siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan daripada harus mengejar target kurikulum tanpa dibarengi pemahaman materi. Dalam prakteknya, pembelajaran berorientasi pada siswa ini dapat dilaksanakan dengan cara pendampingan siswa satu persatu atau per kelompok. Penjelasan materi dan contoh pengerjaan soal diberikan secara klasikal di depan kelas. Kemudian ketika siswa mengerjakan latihan soal, guru (beserta tim teahing) keliling untuk memperhatikan siswa secara personal. Tugas guru adalah membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sampai benar. Siswa yang pandai akan mendapat perhatian yang kurang sementara siswa yang lemah akan mendapat perhatian yang lebih intensif. Guru harus berusaha menghilangkan persepsi dalam diri siswa bahwa matematika itu sulit dan mengusahakan agar siswa memiliki pengalaman bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan.

4. Memberi suasana pembelajaran yang berbeda dalam belajar di sekolah

Pada umumnya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah khususnya matematika masih bersifat monoton, artinya suasana pembelajaran di kelas masih terbatas di dalam kelas, siswa sebatas mendengarkan guru menerangkan, siswa mengerjakan soal, mencocokkan PR, dan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan berulang-ulang sehingga siswa merasa jenuh, dan bosan sehingga minat sisa dalam mengikuti pembelajaran menurun, ditambah lagi penampilan guru yang tidak kooperatif pada siswa bahkan terlihat “angker”.

Sebaliknya, kita sebagai guru jarang berpikir kreatif, bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa “betah” mengikuti pelajaran apalagi matematika menurut sebagaian besar pelajaran yang menakutkan.

Pembelajaran matematika tidak harus di dalam kelas terus, mendengarkan guru menerangkan terus. Kita dapat menciptakan suasana yang berbeda dari biasanya misalnya posisi tempat duduk di rubah, pada baba tertentu kita dapat melaksanakan pembelajaran di luar kelas, atau siswa diajak ke multimedia untuk melihat tayangan film yang berhubungan dengan materi yang kita bahas, atau bisa kita rubah siswa tidak lagi sebagai pendengar namun guru sebagai pendengar dengan melaksanakan diskusi antar kelompok di kelas. Dengan demikian siswa tidak akan mudah menebak gaya guru dalam mengajar, dan siswa merasa senang dengan perubahan-perubahan pelaksanaan pembelajaran.

Namun demikian, peran guru sangatlah penting dalam mengubah pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru harus bisa membuat suasana kelas menjadi termotivasi untuk belajar mengetahui sesuatu yang baru, guru harus dapat mengontrol kondisi kelas. Jangan sampai suasana kelas ramai tetapi aktivitas tersebut diluar dari materi yang dibahas. Penampilan guru harus mempunyai sifat “sersan” yaitu serius tetapi santai sehingga siswa tidak merasa takut jika mengalamni kesulitan dalam membahas materi yang sedang dipelajari. Langkah pengontrolan kondisi kelas dapat dilakukan dengan memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, memberikan pujian atau hadiah bagia siswa yang telah melakukan kegiatan dengan baik, serta memberikan hukuman bagi siswa yang melakukan kegiatan diluar materi yang dibahas.

Namun demikian demikian, implementasi hal-hal tersebut di atas, tidaklah mudah. Misalnya saja, dalam pengelolaan kelas, jika banyaknya siswa dalam satu kelas masih seperti sekarang (30 - 40 siswa) dikelola oleh satu guru belum ideal. Guru masih sulit untuk membantu permasalahan yang dihadapi guru serta memantau siswa dalam mengikuti pembelajaran, kesadaran guru dalam mengubah paradigma pembelajaran berpusat pada siswa tidaklah mudah karena dibutuhkan kepekaan guru. Masih banyak pengelola sekolah yang belum memikirkan mutu sekolah (proses), mereka masih berpandangan hasil yang dicapai atau memikirkan proyek atau keuntungan akibatnya pemenuhan sarana prasarana pendukung pembelajaran masih kurang. Peran orangtua dalam mendorong siswa juga berpengaruh dalam proses pencapaian kompetensi siswa.

D. PENUTUP

Dari uraian-uraian di atas, maka usaha – usaha guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika perlu segera dilakukan sehingga matematika tidak lagi sebagai pelajaran yang yang menakutkan tetapi pelajaran yang menyenagkan dan mengasyikkan. Usaha –usaha tersebut berhasil jika ada dukungan tidak saja hati nurani guru namun juga dukungan dari pengambil kebijakan baik ditingkat sekolah maunpun pada tingkat yang lebih tinggi sehingga dihasilkan mutu pembelajaran matematika yang sesuai standar baik yang disarankan NCTM maupun peraturan-peraturan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Dikdasmen. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.

Direktorat PLP. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika: Pendekatan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyudi. 2003. Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia.Jakarta: Tarity Samudra Berlian.

Tri Mulyono Edi S, 2006. Penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Mathematics Expression Pocket Sebagai media alternatif dan inovatif untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika di SMPN 33 semarang tahun ajaran 2006/2007. Semarang: SMP 33 Semarang

Zaenal Abidin. 2007. Laporan PIPS: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa pada Materi Geometri dan Pengukuran melalui kegiatan “remase”Di smp 33 semarang. Semarang: UNNES

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Alowwwww.....
makasih infona...
hehehehe...
lagi cari2 alat peraga/permainan yang bisa menunjang mutu pendidikan siswa ne.....
Af kalo Om tau atau punya tentang alat peraga/permainan yang bisa menunjang pembelajaran matematika kasih tau q ya...
kirimin ja artikel na ke n4n_d1k4@yahoo.com
hehehehee.
makasih atas bantuan na....